...
Indonesia

Mari Menelusuri Jejak Budaya Pulau Samosir Sumatera Utara

Berkunjung ke Sumatera Utara, tentu Danau Toba menjadi salah satu wisata pilihan. Mari Menelusuri Jejak Budaya Pulau Samosir Sumatera Utara.

Pengalaman menjelajah Indonesia bakal semakin lengkap dengan mendatangi Budaya Pulau Samosir. Pulau vulkanik yang membentang di tengah Danau Toba itu menjadi destinasi wisata yang menarik karena keindahan alam, kekayaan budaya, dan keunikan sejarah yang disampaikan turun-temurun. Perjalanan dimulai dari Huta Siallagan yang terletak di daerah Ambarita, Kecamatan Simanindo, Budaya Pulau Samosir. Sejarah Batu Gantung didanau toba kini sedang panas dibicarakan!

Marilah Menelusuri Jejak Budaya Pulau Samosir Sumatera Utara

Mari Menelusuri Jejak Budaya Pulau Samosir Sumatera Utara

Dalam bahasa Batak, huta berarti kampung, sedangkan Siallagan merupakan nama raja. Maka Huta Siallagan kini menjadi kampung adat Batak yang dibangun di area bekas kerajaan. Kampung didirikan oleh keluarga Batak bermarga Siallagan, hingga kemudian salah satu anggotanya memimpin dengan nama Raja Siallagan. Deretan rumah adat Bolon akan langsung menyambut usai menjalani pemeriksaan protokol kesehatan.

Tak jauh, ada patung kayu yang menari-nari. Patung itu diberi nama Sigale-gale, dan ternyata menyimpan cerita khusus. Patung Sigale-gale dipercaya merupakan perwujudan Manggale, anak Raja Rahat. Manggale dituturkan sebagai sosok penjunjung kebenaran, ia disegani dan dicintai rakyat karena ketangkasan berperang. Sayang, Manggale meninggal di medan tempur. Baca juga rtikel tentang Batu Berwajah Manusia yang kini menjadi perbincangan oleh orang batak.

Tak tahan melihat kesedihan raja, seorang tabib mengusulkan untuk mengadakan upacara dan memahat kayu menjadi patung dengan rupa wajah Manggale. Tujuannya, agar raja bisa melepas rindu kepada Manggale. “Sigale-gale itu artinya lemah gemulai, makanya dia (patung) bisa luwes mengikuti musik yang ada. Waktu itu (menurut kepercayaan), kalau dia mendengar musik, dia langsung menari. Tidak pakai tenaga orang, waktu itu mistis,” tutur Markito Simatupang, pemandu Tari Sigale-gale.

Mari Menelusuri Jejak Budaya Pulau Samosir Sumatera Utara

Seiring perkembangan agama di Tanah Toba, Patung Sigale-gale kini menggunakan mekanisme tali tertentu, mirip seperti konsep boneka marionette. Konon, jumlah tali yang menggerakkan Sigale-gale berjumlah sama dengan urat yang ada di tangan manusia. Dari cerita tentang Patung Sigale-gale, spot yang juga menarik perhatian di Huta Siallagan adalah kisah Kursi Batu Parsidangan. Terdiri dari kursi-kursi dan meja batu yang telah ditempeli lumut, area ini menimbulkan kesan tersendiri. Terlebih, hikayat mengatakan persidangan ini sebagai titik awal peradaban penegakan hukum.

Tokoh adat Siallagan Gading Jansen Siallagan mengungkapkan, kejahatan yang terjadi kawasan kerajaan disidangkan di Kursi Batu Parsidangan. Kejahatan kecil akan diganjar hukuman pasung, tetapi bila raja dan petinggi adat menentukan pelanggaran yang dilakukan termasuk kejahatan besar, maka si terdakwa dijatuhi hukuman pancung. Layaknya persidangan yang kini umum dikenal, area Kursi Batu Parsidangan juga memiliki kursi batu khusus raja, keluarga raja, dukun, algojo, penasehat korban, penasehat terdakwa, serta terdakwa itu sendiri. Menurut Gading, tak perlu heran jika banyak orang keturunan Batak yang memilih profesi pengacara.

Untuk mengenal lebih dalam tentang suku Batak, sempatkan diri berkunjung ke kawasan kerajinan tenun ulos Huta Raja, di Desa Lumban Suhi-suhi, Kecamatan Pangururan. Di sana, wisatawan bisa langsung menyaksikan cara pembuatan kain ulos, lengkap dengan alat tenun yang sudah merupakan atau menjadi budaya pulau samosir yang telah dikenal sebagai tempat wisata pulau samosir

Seiring perkembangan zaman, ulos yang dulu hanya diserahterimakan sesama orang Batak, kini menjadi simbol kasih sayang, doa, dan penghormatan secara umum. Anda pun bisa merasakan sambutan hangat Desa Huta Siallagan dengan mengunjungi Budaya Pulau Samosir. Jangan lupa tetap menerapkan protokol kesehatan kala berwisata #DiIndonesiaAja, yakni dengan memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, dan menjaga jarak.

Mari Menelusuri Jejak Budaya Pulau Samosir Sumatera Utara

Setiap keluarga di desa ini adalah penenun ulos, bahkan anak kecil berusia sebelas tahun pun ada yang sudah memulai menenun kain tradisisonal yang memerlukan waktu hingga tiga bulan untuk pembuatannya ini. Jika ingin memesan kain ulos, setidaknya sampaikan kepada penenunnya untuk acara seperti apa, karena konon, ulos untuk acara pernikahan yang mendatangkan suka cita tidaklah sama dengan ulos untuk acara kematian sanak saudara yang menggambarkan kesedihan.

Sonta Situmorang, wanita berusia 70 tahun yang kami temui di desa wisata Pulau Samosir ini mengaku bahwa untuk membuat kain ulos dibutuhkan kesabaran yang luar biasa. Jika ada satu kesalahan dalam menenun, maka kain tak dapat dibuang, tetapi harus diulang lagi proses penenunannya dari awal. Sambil menenun, Bu Sonta pun bercerita tentang asal-muasal kain ulos di masa leluhurnya di mana dahulu semua kain berwarna putih. Jika memakai pewarna, semuanya masih alami, warna kuning misalnya dari kunyit, merah dari sirih, dan hijau dari dedaunan.

Nah, Sobat Pesona siap bertualang? Yuk kita panjangkan langkahmu menjelajahi Budaya Pulau Samosir.

Ingin Bermain Game Slot Online Terpercaya? Kunjungi Link Berikut :

One thought on “Mari Menelusuri Jejak Budaya Pulau Samosir Sumatera Utara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Seraphinite AcceleratorOptimized by Seraphinite Accelerator
Turns on site high speed to be attractive for people and search engines.