...
Indonesia

Keunikan Dan Budaya Suku Pakpak Bharat Yang Unik

Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai suku, agama, dan bahasa. Berikut Keunikan Dan Budaya Suku Pakpak Yang Unik.

Indonesia merupakan negara multietnik yang terdiri dari berbagai suku, agama dan bahasa. Namun di telinga kita, suku Pakpak masih merupakan kekayaan “asing”. Suku bangsa yang mendiami Kabupaten dari Tapanuli Tengah sampai Kabupaten Pakpak Bharat ini sebenarnya merupakan suku bangsa yang besar. Penyebarannya tidak hanya di wilayah Sumatera Utara, tetapi juga di Aceh (lebih tepatnya di kota Subulussalam dan Kabupaten Singkil).

Ia mengklaim banyak penelitian ilmiah yang menjelaskan hubungan antara suku ini dengan suku Batak, di mana Pakpak tergolong sub-etnis Batak. Hal ini tentunya karena konsentrasi distribusi yang lebih terkonsentrasi di Sumatera Utara. Namun, dalam buku Batu Pertulanen di Kabupaten Pakpak Dairi, sejumlah bukti menunjukkan bahwa Pakpak bukan bagian dari subetno Batak. Jadi mana yang benar?

Berikut Keunikan Dan Budaya Suku Pakpak Bharat Yang Unik

  • Budaya Suku Pakpak – Mempunyai Banyak Suak

Budaya Suku Pakpak - Mempunyai Banyak Suak

Orang Pakpak, seperti suku bangsa lainnya, memiliki keunikan tersendiri. Suku ini memiliki dialek yang khas dan terdiri dari banyak sub-suku atau sub-suku. Tergantung pada wilayah sebarannya, Pakpak memiliki 5 teluk, antara lain Teluk Kelasen, Teluk Keppas, Teluk Simsim, Teluk Pegagan dan Teluk Boang.

Suak keppa, Suak simsim dan Suak pegagan secara administratif menempati wilayah Kabupaten Dairi dan Pakpak Bharat. Sedangkan tanah tandus banyak terdapat di Kabupaten Humbang Hasundutan dan Tapanuli Tengah. Untuk boang suak, wilayah distribusi terkonsentrasi di wilayah Singkil (Aceh).

  • Budaya Suku Pakpak – Rumah Adat Pakpak

Budaya Suku Pakpak - Rumah Adat Pakpak

Siapa bilang Pakpak tidak punya rumah adat istiadat? Suku ini bahkan memiliki aturan yang ketat mengenai rumah khas mereka. Hal ini menjadi keunikan suku Pakpak karena hanya memperbolehkan pemegang hak teritorial untuk membangun rumah adatnya, atau dalam bahasa setempat disebut Raja Kuta. Dengan demikian izin mendirikan rumah adat tidak diberikan kepada sembarang orang atau desa.

Suku Pakpak pernah memiliki Sipitu Rumah Ruang Kurang Twenty Fifty sebagai rumah adatnya dan Bale Silendung Bulan sebagai balai adatnya. Namun, kedua bangunan itu bobrok dari waktu ke waktu. Beberapa dibakar selama konflik sipil.

  • Budaya Suku Pakpak – Menukar Marga

Budaya Suku Pakpak - Menukar Marga

Budaya lain dari suku Pakpak diwujudkan dalam pertukaran marga. Ini sebenarnya adalah cara orang Pakpak beradaptasi dengan lingkungan “baru”, seperti ketika mereka pergi ke luar negeri. Kebanyakan penutur bahasa Pakpak mempelajari bahasa daerah lain dengan cukup mudah dan tidak ragu untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Lambat laun, bahasa ibu dilupakan.

Tingkat adaptasi yang ekstrim terjadi ketika masyarakat Pakpak kawin campur dengan suku batak lain. Ketika hal ini terjadi, masyarakat Pakpak siap melebur dengan budaya baru dan menyebabkan dekulturasi nilai/subkultur Pakpak. Hal ini dapat mengakibatkan berpindahnya marga Pakpak ke marga lain. Misalnya marga Matanari (Pakpak) menjadi Karo-Karo (Karo), marga Sambo menjadi Sikhotang, marga Matanari menjadi Sinulingga (sub Karo-Karo) dan seterusnya.

Jelas bahwa kepunahan identitas etnis ini terkait dengan dominasi kelompok etnis lain. Tapi tidak ada yang perlu disalahkan. Pasalnya, Suku Pakpak melakukannya “sukarela”. Karena suku ini dikenal penuh toleransi dan hidup bahagia berdampingan dengan orang lain.
Karena itu, orang Pakpak siap memberikan segalanya, termasuk tanah airnya. Ini adalah fakta menarik atau ironis tentang mereka.

  • Budaya Suku Pakpak – Pernikahan Dalam Suku

Budaya Suku Pakpak - Pernikahan Dalam Suku

Dalam sistem perkawinan, budaya suku Pakpak menggunakan konsep eksogami leluhur. Dengan demikian, perkawinan homogen tidak diakui. Agar tidak dianggap incest (berbeda pendapat) atau melanggar adat, setiap orang harus menikah dengan orang yang bermarga berbeda. Misalnya marga Matanari (Pakpak Pegagan) menikah dengan marga Sambo (Pakpak Boang) atau marga Matanari (Pakpak Pegagan) menikah dengan marga Bintang (Pakpak Keppas).

  • Budaya Suku Pakpak – Tak Cukup Bangga Dengan Identitas Diri

Budaya Suku Pakpak - Tak Cukup Bangga Dengan Identitas Diri

Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa toleransi bukanlah satu-satunya alasan orang Pakpak melupakan identitasnya. Ada faktor lain yang juga mempengaruhi yaitu rasa malu atau keraguan diri. Masyarakat Pakpak sering dijumpai “malu” menggunakan bahasa ibu dan lebih bangga menggunakan bahasa daerah lain dalam kesehariannya. Ini masih merupakan alasan yang tidak diketahui. Mungkin karena sentimen sosial yang memojokkan budaya Pakpak, atau yang lainnya entahlah.

Tapi masyarakat Pakpak harus yakin akan keberadaannya. Membangkitkan semangat kedaerahan memang pekerjaan rumah yang berat, tapi dengan berbagai aset berwujud dan tidak berwujud yang mereka miliki, saya rasa tidak ada alasan untuk merasa malu. Sejak tahun 2016, ada pedoman yang bisa digunakan untuk melestarikan budaya Pakpak. Pedoman tersebut tertuang dalam Perda no. Nomor 3 Tahun 2016 tentang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Pakpak.

Untuk itu diperlukan penggunaan praktik budaya Pakpak dalam setiap kegiatan. Kalau ini diterapkan, Pakpak bisa jadi suku besar karena mereka pelihara

Ingin Bermain Game Slot Online Terpercaya? Kunjungi Link Berikut :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Seraphinite AcceleratorOptimized by Seraphinite Accelerator
Turns on site high speed to be attractive for people and search engines.